Pesan Moral dari Serat Kalatidha

Banyak cerita tentang Serat Kalatidha ini, serat Kalatidha ini adalah salah satu karya sastra Jawa yang ditulis dalam bentuk syair dalam 12 bait oleh seorang pujangga kenamaan Jawa bernama Raden Ngabehi Ronggowarsito, karya sastra ini berbentuk tembang Macapat dalam Metrum Sinom, dikalangan orang tua dan penggiat sastra jawa Serat Kalatidha sangat dikenal bahkan banyak yang hafal, terlebih pada bait ke 7, sebagai berikut :

Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada

-------------------------------

Hidup di jaman edan
Memanglah repot
Mau mengikuti tidak tahan
Tapi jika tidak ikut-ikutan
Tidak mendapat bagian apa2
Akhirnya menderita kelaparan
Namun sudah kehendak Allah
Meskipun orang yang lupa itu bahagia
Namun lebih bahagia lagi
Orang yang selalu ingat dan waspada


Bait ini mengandung makna yang sangat sesuai dengan apa yang terjadi sekarang ini, khususnya di Indonesia, banyak anggapan bahwa bait ini merupakan inti dari serat kalatidha itu sendiri, sedangkan dilain pihak ada anggapan pula bahwa ada unsur kesenjangan politik yang dialami Ronggowarsito sendiri, adapula yang mengatakan bahwa syair ini merupakan indikasi bahwa Ranggawasito adalah seorang linuwih yang dapat memberikan ramalan-ramalan pada kondisi yang akan datang melalui syair-syair dan karya sastranya.

Namun demikian, mari kita simak pula kutipan pesan moral pada bait yang lain, seperti yang tertulis sebagai berikut ini : 


Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanthi kaesthi antuka parmaning"
__________ 

Berikhtiar itu Wajib
untuk memilih jalan yang baik
Sembari berusaha
Juga Harus berhati-hati dan waspada
Agar mendapat rahmat-Nya 


Satu pesan ajaran yang sangat baik bagi kita, bahwa untuk menuju & mendapatkan jalan atau tujuan yang baik kita wajib untuk berusaha, bukan hanya dalam lamunan, sebaliknya pula, segala apa yang kita usahakan juga selayaknya ditujukan untuk tujuan yang baik, dibarengi dengan kewaspadaan dalam menjalaninya sehingga segala apa yang kita kerjakan senantiasa mendapat rahmat & keberkahan dari Yang Maha Kuasa, saya rasa dan saya pikir ini juga salah satu inti dari ajaran tentang makna hidup.

Serat Kalatidha selengkapnya silahkan simak dibawah ini :


Mangkarya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda

Retune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekarane becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendhu
Mandara mangkin andadra
Beda-beda ardaning wong saknegara

Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Samaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka

Dasar karoban pawarta
Berbaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikirin sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembangin beka

Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Munduk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna

Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip 
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-puluh anglakoning kaelokan

Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada 

Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa are papa
Muhung mahas ing asepi
Supaya pangaksamaning Hyang Sukma

Beda lan kang wus santosa
Kanarilah ing Hyang Widhi Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar

Sakadare linakonan 
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanthi kaesthi antuka parmaning
Sukma

Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martini
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha 
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan

Sageda sabar santosa
Mati sajeroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Terlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudendha
Antuk mayar sawetawis
Borong angsa sawarga mesi martaya







Keadaan negara waktu sekarang
Sudah semakin merosot 
Situasi telah rusak 
Karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi 
Banyak yang meninggalkan aturan-aturan lama Orang cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (zaman penuh keraguan) 
Suasana mencekam 
Karena dunia penuh dengan kerepotan

Sebetulnya rajanya tergolong baik 
Patihnya juga cerdik 
Anak buahnya baik 
Pemuka-pemuka masyarakat baik 
Namun semua itu tidak menciptakan kebaikan 
Oleh karena daya zaman Kala Bendu 
Bahkan kerepotan semakin menjadi-hadi 
Lain orang, lain pikiran dan maksudnya

Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis 
Penuh kesedihan 
Mendapat hinaan dan malu 
Akibat perbuatan seseorang 
Tampaknya orang itu memberi harapan menghibur 
Sehingga sang pujangga karena gembira hatinya Dan tidak waspada


Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tidak pasti 
Akan ditempatkan sebagai pemuka 
Tetapi akhirnya sama sekali tidak benar 
Bahkan tidak diperhatikan sama sekali 
Sebenarnya bila direnungkan 
Apa gunanya menjadi pemimpin? 
Hanya akan membuat kesalahan saja 
Terlebih bila sampai lupa diri 
Hasilnya tidak lain hanya kerepotan

Menurut Panitisastra (ahli sastra) 
Sebenarnya sudah ada peringatan 
Dalam zaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini 
Orang berbudi tidak terpakai 
Demikianlah jika kita meneliti 
Apa gunanya meyakini kabar angin 
Akibatnya hanya kan menyusahkan hati saja Lebih baik membuat karya-karya 
Kisah zaman dulu kala

Membuat kisah lama ini 
Dapat dipakai kaca benggala 
Guna membandingkan 
Perbuatan yang salah dan yang benar 
Sebenarnya banyak sekali 
Contoh-contoh dalam kisah lama 
Mengenai kehidupan yang mendinginkan hati 
Akhirnya pasrah dan menyerahkan diri 
Kepada kehendak Tuhan 
Segalanya itu karena sedang mengalami kejadian aneh-aneh

Hidup di zaman edan 
Memanglah repot 
Mau mengikuti tidak sampai hati 
Tapi jika tidak mengikuti zaman 
Tidak mendapat apa-apa 
Akhirnya menderita kelaparan 
Namun sudah kehendak Tuhan 
Meskipun orang yang lupa itu bahagia 
Namun lebih bahagia lagi Orang yang selalu ingat dan waspada

Semua itu sebetulnya Hanya karena keinginan semata 
Benar demikian? 
Memang benar jika ada yang meyakini 
Tapi di dalam hati repot juga 
Di usia tua, mau apa? 
Lebih baik menyepi diri 
Agar mendapat ampunan dari Tuhan

Lain pula bagi yang sudah makmur 
Mendapat rahmat Tuhan 
Bagaimanapun nasibnya selalu baik 
Tak perlu susah payah 
Tiba-tiba mendapat anugerah 
Namun tetap masih beriktiar

Apapun dilaksanakan 
Hanya membuat kesenangan 
Pokoknya tak menimbulkan persoalan 
Agaknya ini sesuai dengan petuah 
Bahwa manusia wajib berikhtiar 
Harus memilih jalan yang baik 
Bersamaan dengan usaha tersebut 
Juga harus awas dan waspada 
Agar mendapat rahmat-Nya

Ya Allah ya Rasulullah 
Yang bersfat pemutah dan pengasih 
Semoga Engkau berikan 
Pertolongan kepada hambamu 
Di saat-saat menjelang akhir ini 
Sekarang kami sudah tua 
Bagaimana nantinya 
Maka dari itu semoga ada pertolongan dari Mu (Tuhan)

Semoga kami tetap sabar dan sentosa 
Selah mati dalam hidup 
Lepas dari kerepotan 
Jauh dari angkara murka 
Biarkan kami memohon hanya pada-Mu 
Agar mendapat pengampunan 
Dan kami serahkan segenap jiwa dan raga

Postingan Terkait

No comments:

Post a Comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *