Belajar Membaca Al-quran

Saya menjadi terinspirasi untuk menulis artikel ini, melihat banyak iklan yang mempromosikan cara belajar membaca al-quran yang rata-rata menawarkan cara instan. Bukannya saya tidak setuju, justru saya sangat senang sekali melihat geliat para penggiat syariah mempunyai semangat untuk terus berimprovisasi menemukan jalan terbaik menuju generasi yang ahli dalam ilmu al-quran, bahkan ternyata para pencari jalan itu bagaikan gayun bersambut bisa dikatakan banyak, bahkan setiap kali diadakan acara pelatihan membaca al-quran dalam 1 hari, 1 jam, atau apapun namanya biasanya semarak sekali yang mendaftar dan meminatinya.

Saya sendiri kurang tahu bagaimana metode belajar seperti itu, karena saya meski suka ingin tahu, tapi masih belum diberi kesempatan untuk mengikutinya karena satu atau lain hal. Jadi, mungkin terlalu jauh juga bila saya membicarakan hal yang belum pernah saya tahu dan saya belum pernah memiliki pengalaman dalam hal itu.

Di sisi lain, yang mungkin lebih saya pernah tahu adalah sistem pengajaran yang memakai modul semacam Iqro' , Qiro'ati, dan lain sebagainya, dengan metode yang mengajarkan pada anak untuk langsung membaca tanpa mengeja, hal ini adalah salah satu teknik yang menurut saya sangat baik, dan mungkin dapat mempersingkat waktu belajar, untuk selanjutnya santri pemula sudah dapat meneruskan dan mengaplikasikannya pada al-quran standar, hanya saja ternyata ada sebagian kecil (ditempat saya) yang ketika diterapkan metode semacam itu si santri malah bingung, ada juga yang sudah bisa pelajaran pada halaman tertentu, ketika kembali disuruh membaca pelajaran sebelumnya malah lupa dengan bacaannya, melihat huruf seakan begitu asing kembali.

Dari beberapa kendala semacam itu, mungkin karena santrinya yang kurang dalam pemahaman, kurang dalam mengingat, atau memang tidak cocok dengan metode semacam itu karena lain hal, bisa jadi pula gurunya yang kurang menguasai metode yang ada, atau cara penyampaian/pengaplikasian metode yang kurang tepat, seperti yang saya pernah saya alami.

Kalau semua metode itu ternyata sudah mentok, biasanya seorang santri saya suruh bawa buku tulis dan pena untuk menulis, selanjutnya saya akan menuliskan satu-persatu bentuk huruf dari alif, sampai Ya' temponya bisa tergantung santri tersebut mampu menyebut dan hafal nama huruf tersebut berapa lama, setelah itu saya tuliskan pengenalan selanjutnya yaitu Harakat (fathah, kasrah, dlommah, dsb), setelah bagian ini selesai, baru kemudian saya tuliskan cara pengaplikasiannya satu persatu mulai dari bacaan bismillah dan alfatihah seluruhnya satu-persatu ...

Menurut saya (sekali lagi) menurut saya, metode seperti ini sangat powerfull untuk diterapkan pada segala bentuk dan karakter orang (sepanjang yang pernah saya alami), baik anak-anak maupun dewasa, dengan metode seperti ini biasanya saya bisa mengatakan pada yang akan belajar bahwa sekitar 1 bulan maksimal seorang yang baru belajar membaca al-quran sudah bisa membaca, sayangnya beberapa yang pernah saya ajari, malah karena terlalu Pe-De, maka sudah sampai surah Adl-dluhaa, mereka sudah berhenti melanjutkan belajar mengaji dan merasa sudah bisa membaca sendiri sampai khatam 30 juz.

Salah satu dilematis diatas adalah salah satu yang disayangkan, dan diantara yang mungkin menjadi pertimbangan untuk penerapan metode ini adalah :

1. Mind set seorang bahwa cara belajar dengan mengeja adalah metode yang sudah kuno dan aus.
2. Metode ini tidak hanya mengajarkan mengeja & mengenalkan huruf, tapi juga menuntut seorang pengajar & yang diajar untuk lebih sabar.
3. Salah satu syarat bagi pengajar dengan metode ini adalah pengajar harus bisa menulis, minimal dengan khat naskhi yang bagus, sehingga yang belajar lebih nyaman membaca tulisan pengajar.

Kelebihannya :

1. Melatih kesabaran guru & murid
2. Disiplin waktu
3. Mengajarkan pada murid untuk bermodal dalam belajar (paling tidak untuk beli buku tulis, mengingat sebagian guru ngaji sekarang banyak yang gratis)
4. menuntut murid untuk giat belajar
5. mau tidak mau, murid dituntut untuk memnita bimbingan guru.

Kelebihan yang saya tulis itu merupakan manifestasi dari apa yang terdapat dalam Ta'limul Muta'allim karya syaikh Azzarnuji yang mengatakan bahwa ilmu itu akan didapat dengan 6 perkara diantanya adalah : Memiliki kecerdasan, haus ilmu, sabar, punya modal, petunjuk guru, lama masa-nya.

Postingan Terkait

No comments:

Post a Comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *