Memenuhi Kebutuhan Orang yang Membutuhkan

Salah satu adab seorang muslim dengan muslim lainnya adalah sebagaimana ditulis oleh YM aL-imam aL-quthub aL-habib Abdullah bin Alwi aL-Haddad dalam Risalatul Mu'awanah sbb :

(وعليك) بالتفريج عن المكروبين، وقضاء حوائج المحتاجين، وستر عورات المذنبين،

"Hendaklah bagi kalian untuk membantu orang-orang yang dalam kesusahan, memenuhi kebutuhan orang-orang yang membutuhkan, dan menutupi aurat (aib) orang-orang yang sedang dalam dosa"
Sebuah hikayat dalam kitab "Tanbihul Ghofilin" diceritakan :

وَذُكِرَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ , أَنَّهُ قَالَ لِرَجُلٍ : كَيْفَ حَالُكَ ؟ فَقَالَ : كَيْفَ حَالُ مَنْ عَلَيْهُ خَمْسُ مِائَةِ دِرْهَمٍ دَيْنًا ، وَهُوَ مُعِيلٌ ، فَدَخَلَ ابْنُ سِيرِينَ مَنْزِلَهُ ، وَأَخْرَجَ أَلْفَ دِرْهَمٍ ، فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ ، وَقَالَ : خَمْسُ مِائَةٍ اقْضِ بِهَا دَيْنَكَ وَخُمْسُ مِائَةُ دِرْهَمٍ أَنْفِقْهَا عَلَى عِيَالِكَ.
وَكَانَ ابْنُ سِيرِينَ لَمْ يَكُنْ يَسْأَلُ أَحَدًا بَعْدَ ذَلِكَ كَيْفَ حَالُكَ ؟ مَخَافَةَ أَنْ يُخْبَرَ عَنْ حَالِهِ ، فَيَصِيرَ قِيَامُهُ بِأَمْرِهِ وَاجِبًا عَلَيْهِ

Imam Ibnu Sirin menyapa seseorang "Bagaimana Kabarmu?" , kemudian orang itu menjawab "(coba anda berpikir) bagaimanalah keadaan seorang yang sedang memiliki hutang 500 Dirham" , mendengar jawaban orang itu Imam Ibnu Sirin masuk kedalam rumahnya, dan sejenak kemudian kembali keluar dengan membawa uang 1000 Dirham, dan memberikan semuanya kepada orang itu, beliau pun berpesan padanya : "yang 500 Dirham gunakanlah untuk membayar hutang-hutangmu, dan yang 500 Dirham sisanya pergunakanlah untuk keperluan keluargamu".

Demikianlah, dan sejak saat itu Beliau (Ibnu Sirin) tidak pernah lagi menanyakan pertanyaan "Bagaimana Kabarmu?" pada seorangpun, beliau khawatir orang yang ditanya tersebut menceritakan keadaannya dan kewajiban bagi Beliau untuk menanggungnya.

----------------------------------

Al-arif biLLah Kyai Sahlan, Sidorangu, Krian, Sidoarjo diceritakan bahwa di bawah karpet ditempat beliau banyak alat-alat semacam cangkul, sabit/celurit, linggis, dan lain sebagainya, karena tidak sedikit dari masyarakat sekitar yang berdagang alat-alat pertanian, dsb yang semacam itu, ketika dagangan mereka tidak laku atau ada sisa mereka membawanya ke Kyai Sahlan, dan menawarkan barang-barang itu, dan Beliau tak pernah menolaknya & selalu membelinya, meskipun beliau sebenernya tidak membutuhkan alat-alat itu, kalau ada yang meminta beliau berikan dengan cuma-cuma, kalau tidak ya disimpan saja, yang penting bagi beliau adalah tidak membuat kecewa orang yang datang kepadanya.




Postingan Terkait

No comments:

Post a Comment

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *